MANSYUR Daman alias Man begitu identik dengan Mandala, pendekar masyhur
berjuluk Siluman Sungai Ular. Tokoh silat ini
mencapai zaman keemasannya di era
70-an, seperti halnya Jaka Sembung (Djair),
Si Buta dari Goa Hantu (Ganes TH),
Gundala Putera Petir (Hasmis), Godam (Wid
NS), Labah-Labah Merah (Kus
Bramiana), ataupun Nusantara (Mater).
Bedanya, hidup Mandala di dunia komik
sampai sekarang tetap terjaga lantaran Man
masih berkarya.
Kini goresan komikus kelahiran Jakarta, 3
Juli 1946, itujauh lebih sempurna (lihat
Bunuh Mandala dan Pedang Mercubuwana).
Ilustrasi Man punya kelebihan pada
ekspresi wajah dan gerak tubuh manusia yang
terasa hidup, baik dalam kondisi diam
ataupun ketika terlibat pertarungan dengan
lawan. Goresan kuas-tintanya begitu
tegas dan indah, sebuah ketrampilan yang
semakin menghilang dari para komikus
muda. Plot cerita yang dia bangun selalu
mengalir lancar, namun tidak pernah absen
menghadirkan kejutan bagi para pembaca.
Karya Man era kini, tidak seperti komik
hitam-putih gaya Jepang, jauh lebih indah
karena menggunakan teknik sapuan basah
abu-abu untuk mendapatkan gradasi
gelap-terang lebih lembut.
Kembali pada Mandala, pendekar dengan jurus
andalan pukulan Badai Salju dan Ilmu
Mengosongkan Isi itu pernah meramaikan film
nasional. Di tahun 80-an Golok Setan
diangkat ke layar lebar dengan bintang
utama Barry Prima. Mandala yang begitu
digdaya terlibat pertarungan hidup-mati
dengan saudara tirinya, Banyujaga. Meski
dibantu Ni Nara Sati, ratu dari Negeri
Siluman Buaya Putih, tapi Banyujaga tetap
kalah dan akhirnya menemui ajal.
Masa kecil Mandala dan Banyujaga terbilang
menarik. Dua bocah itu merupakan anak
tiri Ni Nara Sati, kendati Mandala datang
belakangan ke Negeri Siluman Buaya Putih
setelah tercebur di Sungai Ular. Jadilah
Mandala dan Banyujaga digembleng
mahaguru Negeri Siluman dan mewarisi jurus
silat yang aneh-aneh. Salah satunya
pukulan Gelombang Batu Karang yang hanya
dalam kondisi terdesak dia keluarkan.
Walau beruntung mendapat bimbingan guru
hebat tapi Mandala tidak pernah lupa
akan kodratnya sebagai manusia.
Pada akhirnya hal inilah yang membuat
statusnya di Negeri Siluman berbalik seratus
delapan puluh derajat: dari anak kesayangan
menjadi musuh utama. Mandala yang
masih bocah keceplosan omong dengan
memberitahu Banyujaga bahwa mereka
berdua hanyalah anak angkat Ni Nara Sati.
Marah besarlah sang ratu! Andai saja
Mandala tidak berhasil meloloskan diri
barangkali nyawanya tercabut di dasar
Siluman Ular saat itu juga.
Tapi begitulah, sesuai kehendak Tuhan
(eh.., Man), Mandala berhasil menyelamatkan
diri dan itu menjadi titik awal petualangan
panjangnya di dunia persilatan. Pada
pameran "Retro Man 50 Tahun
Berkarya" di Bentara Budaya, Jakarta, April 2013,
silam, saya sempat ngobrol sejenak dengan
Man. Kepada komikus senior itu saya
usulkan cerita kembalinya Mandala ke Negeri
Siluman Buaya Putih. Bagaimanapun,
menurut pandangan saya, Mandala perlu
memberikan baktinya kepada Ni Nara Sati
setelah sekian
tahun dijadikan anak angkat.
Man (kiri) dan saya di sela pameran di
Bentara Budaya, Jakarta.
|
Usul itu saya sampaikan usai membaca
Pedang Mercubuwana yang mengisahkan
petualangan Mandala di negeri siluman--tapi
bukan Negeri Siluman Buaya Putih. Kalau
Mandala sudi membantu Raja Siluman Jangkrik
yang tengah menghadapi masalah
berat, mestinya hal sama bisa dia lakukan
kepada Ratu Negeri Siluman Buaya Putih.
Pikiran saya, gampang saja bagi Man
menghadirkan kekisruhan di Negeri Siluman
Buaya Putih hingga Ni Nara Sati meminta
bantuan kepada Mandala. Atau, sebagai
bentuk bakti, tanpa dimintai bantuan pun
Mandala dengan suka hati datang membantu
ibu tirinya itu.
"Usul menarik Mas, saya juga sudah lama kebayang cerita seperti itu," jawab Man
kepada saya. Semua berpulang kepada Man,
apakah Mandala nanti benar-benar
kembali ke 'negeri asal'-nya atau tidak.
Namun bagi saya, pendekar kosen itu perlu diberi
kesempatan membayar budi kepada ibu tirinya
atas kasih sayang dan limpahan ilmu
silat hebat yang dia terima semasa bocah.
Dengan begitu tak ada lagi ganjalan hati di
antara keduanya. (Sumarlin, 8 Nov 2014)
No comments:
Post a Comment